Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Kartowurjo. Ia adalah tokoh pergerakan Islam Indonesia yang disegani pada masa pergerakan nasional.
Untuk mewujudkan cita-citanya, Kartosuwiryo mendirikan sebuah pesantren di Malangbong, Garut, yaitu Pesantren Sufah, seperti dikutip dari buku IPS Terpadu oleh Nana Supriatna dan kawan-kawan.
Selain menjadi tempat belajar ilmu keagamaan, Pesantren Sufah juga dijadikan sebagai tempat latihan kemiliteran Hizbullah dan Sabilillah.
Dengan pengaruhnya, Kartosuwiryo berhasil mengumpulkan banyak pengikut yang kemudian dijadikan sebagai bagian dari pasukan TII.
BACA JUGA:Cara Shalat Ied Bikin GEGER Jagad Raya, Ternyata Ponpes Al Zaytun Kerap Bikin Kontroversi
Pada 1948 Pemerintah RI menandatangani Perjanjian Renville yang mengharuskan pengikut RI mengosongkan wilayah Jawa Barat dan pindah ke Jawa Tengah.
Hal ini kemudian dianggap Kartosuwiryo sebagai bentuk pengkhianatan Pemerintah RI terhadap perjuangan rakyat Jawa Barat.
Bersama kurang lebih 2.000 pengikutnya yang terdiri atas laskar Hizbullah dan Sabilillah, Kartosuwiryo menolak hijrah dan mulai merintis gerakan mendirikan NII.