Puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat Islam selama satu bulan penuh. Tak sekedar menahan lapar dan haus, ibadah ini juga dilakukan untuk menahan hawa nafsu lainnya.
Lantas mengapa sering terjadi perbedaan jadwal antara Muhamadyah dan Kemenag?
Dilansir dari berbagai sumber, mengatakan bahwa penyebab seringnya terjadi perbedaan penetapan awal Ramadan dapat ditinjau dari aspek metodenya. NU menggunakan metode rukyat (mengamati hilal secara langsung), sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan).
Kedua kelompok ini sulit disatukan karena mempunyai alasan fikih masing-masing yang berbeda satu sama lainnya.
BACA JUGA:KUR BRI 2024 Update, Lengkapi 6 Syarat Berikut Pinjaman Rp 30 Juta Cair Cepat, Cicilan Rp 500 Ribuan
Namun, tak jarang perbedaan ini menimbulkan keresahan bagi Masyarakat. Perbedaan awal Ramadan dan Syawal memberikan dampak psikologi yang dirasakan oleh masyarakat umum.
Berdasarkan hasil penelitian Suhanah tahun 2012 lalu, dampak psikologi yang dialami masyarakat antara lain malam takbiran tidak semarak, masyarakat yang masih menunggu keputusan dari pemerintah menjadi gelisah, dan hubungan dalam keluarga dan kerabat dekat yang cenderung berbeda tidak harmoni.
Peneliti Suhanah merekomendasikan agar dalam penentuan awal Ramadan dan Syawal ormas-ormas Islam melepas atributnya demi kemaslahatan umat. Kemudian pemerintah tegas dalam menyikapi perbedaan ini untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
BACA JUGA:Pinjaman Online BCA Rp 9 Juta Langsung Cair 2024, Pinjaman Resmi Pemerintah dan Cicilan Ringan
Nah, tak jarang bukan jika kita sering melihat fenomena sebelum memasuki bulan suci Ramadhan diberbagai daerah. Fenomena apa saja itu? Mari simak, mungkinkah ini salah satu fenomena dari daerahmu.
Sebagian masyarakat di berbagai daerah Indonesia masih melaksanakan tradisi unik sebelum menjalankan puasa di bulan suci Ramadan. Tradisi-tradisi jelang Ramadan diwariskan secara turun menurun dan memiliki filosofi tertentu.
Umumnya, tradisi-tradisi tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur hingga upaya penyucian diri menjelang ibadah di bulan Ramadan.
Beberapa jenis tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Indonesia saat ini diantaranya tradisi meugang, nyorog, padusan, balimau kasai, dugderan, dan munggahan.
BACA JUGA:Samsung Galaxy Z Fold 6 Rilis Akhir Juli, Begini Spesifikasi Ponsel Lipat Terbaru Samsung Ini
1. Tradisi Meugang dari Aceh
Meugag adalah tradisi jelang Ramadan yang dilaksanakan oleh umat Islam di Aceh sejak masuknya Islam di abad ke-14.