Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Majmu al-Fatawa mengatakan, kemunafikan ada yang bentuknya munafik besar, yaitu menyembunyikan kekufuran, dan ada munafik kecil, ketika berbeda antara isi hati dengan amal perbuatan dalam masalah kewajiban.
Inilah yang banyak dijelaskan ulama. Dan mereka menafsirkan sabda Nabi SAW, "Tanda munafik ada 3: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya dia khianat." Hadis ini, menurut Ibnu Taimiyyah, ditafsirkan dengan munafik kecil.
BACA JUGA:Siapa Orang yang Keluar dari Neraka Pertama Kali lalu Masuk Surga? Rahasia Kasih Allah SWT
Selanjutnya Ibn Katsir mengatakan, "Dan kemunafikan bermacam-macam: [1] kemunafikan keyakinan, itulah kemunafikan yang menyebabkan pelakunya kekal di neraka, [2] kemunafikan amal, dan itu termasuk dosa besar.
Dalam kitab Jami al-Ulm wa al-Hikam , al-Hafidz Ibnu Rajab menjelaskan, kemunafikan secara bahasa bagian dari penipuan, makar, menampakkan kebaikan, dan menyembunyikan kebalikannya. Dan kemunafikan dalam syariat dibagi menjadi dua,
Pertama, munafik besar. Seseorang menampakkan iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, dan hari akhir. Dan dia menyembunyikan kebalikan itu semua atau sebagiannya. Itulah kemunafikan yang ada di zaman Nabi SAW, dan turun beberapa ayat Al-Quran yang mencela pelakunya dan mengkafirkan mereka, serta mengabarkan bahwa pelakunya berada di kerak neraka.
BACA JUGA:Siapa Orang yang Keluar dari Neraka Pertama Kali lalu Masuk Surga? Rahasia Kasih Allah SWT
Kedua, kemunafikan kecil. Itulah nifak amal, yaitu seseorang menampakkan kebaikan di muka umum, namun bertentangan dengan apa yang ada di hatinya. Dan karakter munafik kecil disebutkan dalam beberapa hadits.
Kemudian al-Hafidz Ibn Rajab menyebutkan beberapa dalil bahwa orang yang melanggar salah satu sifat munafik, tidak dihukumi kafir. Di antaranya, hadis dari Abdullah bin Amir radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah SAW pernah berkunjung ke rumahnya ketika dia masih kecil. Pada saat dia hendak pergi main, tiba-tiba ibunya memanggil, "Abdullah sini, tak kasih."
"Benar kamu mau memberinya sesuatu?" tanya Nabi SAW.
"Saya mau kasih dia kurma," jawab wanita itu.
Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda
Andai tadi kamu tidak memberinya, maka dicatat untukmu satu dosa berbuat dusta. (Ahmad 15702, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
BACA JUGA:Benarkah Perempuan Menjadi Penghuni Neraka Terbanyak? Berikut Ulasannya
Dalam hadis tersebut Nabi SAW tidak menilai kafir, orang mukmin yang berdusta.
Kekal di Neraka