Dari krisis keuangan 2008 hingga gangguan terkini yang disebabkan oleh COVID-19, generasi ini menyaksikan secara langsung bagaimana para pemberi kerja sering memperlakukan karyawan yang loyal.
PHK, pemotongan gaji, dan kurangnya keamanan kerja merupakan tema umum dalam kehidupan orang tua mereka.
BACA JUGA:2 Cara Gadai HP di Pegadaian, Ini Syarat agar Pinjaman Bisa Cair hingga Rp 20 Juta
Dari sudut pandang ini, kita dapat melihat mengapa mereka mungkin mengembangkan rasa skeptisisme tentang jalur karier tradisional.
Sebuah laporan oleh Deloitte melaporkan bahwa Gen Z menghargai perusahaan yang peduli dengan dunia di sekitar mereka, termasuk karyawan mereka.
Namun, secara paradoks, pengalaman hidup mereka mencakup menyaksikan ketidakstabilan pasar tenaga kerja dan perusahaan yang mengeksploitasi segala hal yang menghalangi jalan mereka.
Kurangnya motivasi yang dirasakan ini mungkin merupakan bentuk pelestarian diri, keengganan untuk terjun ke dalam sistem yang tidak menawarkan banyak stabilitas sebagai balasannya.
BACA JUGA:54 Ribu Pelanggar Terjaring Operasi Zebra Jaya 2024, Didominasi Pengendara Roda Dua
2. Mereka Menolak Mentalitas Kerja Tanpa Kehidupan
Alasan selanjutnya adalaha mereka kerap menolak budaya kerja tradisional, yang menekankan jam kerja panjang, ketersediaan konstan, dan keterlibatan dalam pekerjaan seseorang.
Kesuksesan telah dikaitkan dengan kerja keras dan pengorbanan karier bagi generasi yang lebih tua.
"Budaya kerja keras" generasi milenial meromantisasi gagasan bekerja malam, akhir pekan, dan hari libur untuk maju. Namun, Gen Z tidak mempercayainya.
Mereka menginginkan lebih dari sekadar gaji, mereka menginginkan keseimbangan, makna, dan rasa kepuasan pribadi yang tidak sepenuhnya terkait dengan pekerjaan.
Berdasarkan laporan Deloitte lainnya dari tahun 2023 menemukan bahwa 50% responden Gen Z menempatkan "keseimbangan kehidupan kerja" sebagai salah satu prioritas utama mereka saat mempertimbangkan pekerjaan.
BACA JUGA:Syarat dan Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Bisa Cair hingga Rp 100 Juta
Generasi yang "mengungkapkan pendapat" ini cenderung tidak menoleransi lingkungan tempat kerja yang beracun dan lebih cepat meninggalkan posisi yang tidak memenuhi harapan mereka.