Iklan RBTV Dalam Berita

Karomah Abuya Armin, Pernah Dorong Mobil Bung Karno Pakai Lidi

Karomah Abuya Armin, Pernah Dorong Mobil Bung Karno Pakai Lidi

Karomah Abuya Armin, Pernah Dorong Mobil Bung Karno Pakai Lidi--

“Ratusan santri belajar kitab, tafsir Al-Quran. Tarekat Naqsyabandiyah tiap malam Jum'at. Ka tampi sadanyana anu bade ngiring bae, (Diterima semuanya yang mau ikut)," ujar Heri.

Pada 30 November 1988 Abuya menghembuskan napas terakhirnya di usia ke 108 tahun. Berkat jasanya dalam memberikan ajaran agama Islam ke seluruh masyarakat di Pandeglang, sampai saat ini makamnya selalu ramai dihadiri oleh para peziarah.

“Masih seer anu ziarah, malam Jum'at rame nu ziarah (Masih banyak yang ziarah, malam Jum'at ramai yang ziarah)," katanya.

 

Sebarkan Agama Islam

 

Sejak dulu hingga sekarang, Banten terkenal dengan wilayah religius. Tak heran banyak kyai besar lahir di Banten. Salah satunya Abuya Armin, ini kisahnya: Ulama atau Kyai di Banten berperan sangat signifikan dalam menyebarkan siar Islam di tanah jawara. Kyai atau ulama di Banten juga tersebar di beberapa wilayah seperti di Kabupaten Pandeglang, contohnya Abuya Armin Cibuntu Pandeglang.

Pancaran Cahaya Hikmah Abuya Hasan Armin yang ditulis oleh salah satu guru besar di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Mufti Ali dan KH Soleh Rosyad menjelaskan tentang perjalanan Abuya yang memiliki nama lengkap KH Muhamad Armin.

BACA JUGA:Napak Tilas di Rumah Bung Karno, Ini yang Dilakukan Menteri BUMN

Abuya Armin lahir di Desa Koranji, Kecamatan Menes atau sekarang menjadi Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pandeglang pada tahun 1880 Masehi. Ia merupakan anak dari pasangan HM. Tohir asal Kadu Jami dan ibu bernama Hj. Siti Sofiah berasal dari Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang.

Menginjak usia 5 tahun ibunya meninggal dunia. Pada saat kecil, Abuya Armin dipanggil 'Muhamad Armin'. Teman-teman di pesantren memanggilnya 'Armin'. Penambahan nama 'Hasan' merupakan hadiah dari gurunya. Namanya pun menjadi KH Muhamad Hasan Armin.

Abuya Hasan Armin berguru kepada KH Hasan asal Lekong, Banten yang sudah lama tinggal di Mekkah, Arab Saudi. Gurunya terkesan atas kelebihan yang dimiliki oleh Abuya Armin. Berkat kepintaran yang dimilikinya tak salah jika KH Hasan menunjuknya sebagai asisten.

Diceritakan dalam buku tersebut, setelah Shalat Dzuhur gurunya memanggil Abuya Armin. Dalam pertemuan itu ialah pembicaraan mengenai perubahan nama 'Muhamad Armin' menjadi 'Muhammad Hasan Armin'

Nama itu nisbat kepada gurunya KH Hasan. Gurunya memberikan nama Hasan sebagai bentuk penghargaan guru kepada murid. Pada sore hari, nama itu diumumkan kepada para santrinya.

“Sore hari digelar upacara perubahan nama KH Muhamad Armin di depan seluruh santri KH. Hasan," dikutip dari buku Pancaran Cahaya Hikmah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: