Iklan dempo dalam berita

Ini Alasan Banyak Nyawa Melayang di Gunung Everest, Apakah hanya Karena Faktor Cuaca?

Ini Alasan Banyak Nyawa Melayang di Gunung Everest, Apakah hanya Karena Faktor Cuaca?

Pendakian Gunung Everest--

Pada 2016 Sherpa lain juga tewas saat bekerja di rute 500 kaki di bawah puncak. Pada 2017, pendaki India Ravi Kumar berhasil mencapai puncak namun meninggal dunia setelah jatuh setinggi 650 kaki ke dalam ceruk.

 

10. "Green Boots" mungkin saja korban dari summit fever 

Jasad paling terkenal di Gunung Everest adalah Green Boots. Kebanyakan orang percaya Green Boots adalah seorang pendaki bernama Tsewang Paljor, meskipun tidak ada identifikasi yang pernah dilaporkan.

 

Green Boots mendapat julukannya dari sepasang sepatu hiking berwarna hijau cerah yang dikenakannya, sepatu ini biasanya dikenakan para pendaki dalam perjalanan menuju puncak. 

 

Semakin ke sini, jasad Green Boots menjadi penanda ketinggian, membantu pendaki mengetahui seberapa jauh mereka ke zona kematian dan seberapa jauh mereka harus mendaki. 

 

Pada 2014, seseorang memindahkan Green Boots. Ini masih merupakan misteri tentang siapa dan mengapa ia melakukannya. Jika memang benar Green Boots adalah Tsewang Paljor, ia diyakini meninggal karena summit fever.

 

Menurut Epoch Times, Paljor bersikeras pergi ke puncak meskipun diperingatkan oleh wakil ketua timnya, karena sudah diprediksikan kalau cuaca buruk. Paljor dan rekannya memang berhasil sampai ke puncak, tetapi badai salju melanda mereka ketika sedang menuruni puncak, dan akhirnya mereka tidak pernah kembali ke perkemahan.

 

11. David Sharp, pendaki yang meninggal karena membeku, namun 40 pendaki lainnya tidak ada yang membantu

Kematian paling kontroversial di Gunung Everest adalah pendaki gunung asal Inggris David Sharp, mendaki dalam kondisi fisik yang baik namun dikalahkan oleh cuaca dingin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: