Iklan dempo dalam berita

Benarkah Hewan Kurban Jadi Tunggangan di Akhirat? Simak Penjelasan UAH dan UAS

Benarkah Hewan Kurban Jadi Tunggangan di Akhirat? Simak Penjelasan UAH dan UAS

Benarkah Hewan Kurban Jadi Tunggangan di Akhirat? Simak Penjelasan UAH dan UAS--Foto: ist

BACA JUGA:Belum Akikah Tapi Ingin Berkurban? Berikut Penjelasan Hukumnya

UAH menemukan redaksi hadis yang berbeda, namun intinya tetap sama yakni menjadi tunggangan di akhirat. 

Namun, para ulama pakar hadits menilai riwayat tentang hewan kurban sebagai kendaraan menuju surga sangat lemah, hadisnya bermasalah karena riwayatnya tidak sampai kepada Rasulullah SAW.

“Bahkan Ibn al-Arabi al-Maliki menyebut hampir seluruh hadis-hadis terkait dengan keutamaan-keutamaan penyembelihan kurban yang berlebihan itu tidak ditemukan kekuatannya, atau dipandang lemah dalam persoalan-persoalan terkait dengan keutamaan penyembelihan hewan kurban,” ungkap UAH

BACA JUGA:Masih Punya Utang Tapi Mau Ikut Kurban, Mana yang Didahulukan? Ini Penjelasan Buya Yahya

Ulama lain seperti Imam Ibnu Hajar as-asqalani, as-Shakhawi, al-Munawi, dan Imam as-Suyuthi juga menilai status hadis yang meriwayatkan demikian sangat lemah. Dapat dikatakan hadisnya palsu.

Kendati riwayatnya lemah, terdapat komentar yang menurut UAH cukup bagus dari sebagian kalangan ulama. 

Boleh jadi perkataan tentang hewan kurban jadi tunggangan akhirat ini bukan ingin menunjukkan maksud dari aslinya menjadi kendaraan, tapi berupa majas atau kiasan.

“Apa maksudnya? hewan-hewan ini yang jika kita mencari yang paling bagus, paling baik, maka dimungkinkan pahalanya semakin bagus, semakin banyak. Dengan banyaknya pahala ini akan memudahkan kita melewati ash-shirat karena timbangannya semakin banyak,” jelas UAH.

BACA JUGA:Berkurban dengan Biaya Utang? Begini Hukumnya Serta Hukum Berkurban Bagi yang Tidak Mampu

Pandangan Menurut UAS

Sementara itu, UAS mengatakan cerita tentang hewan kurban menjadi kendaraan akhirat itu ada dalam kitab. 

Ini dapat dimaknai sebagai motivasi untuk berkurban. Namun, jika memahaminya secara aqli, bisa menimbulkan ikhtilaf (perbedaan pendapat).

“Karena ini maknanya motivasi, memberi kita semangat supaya seperti dalam perjalanan di dunia kita tak nak berjalan kaki, apalagi nanti di akhirat. Adapun nanti yang kita alami di akhirat itu tak pernah ditengok mata, tak pernah didengar telinga, tak pernah terlintas di hati manusia,” kata UAS dikutip dari YouTube Mujahid Kasep.

UAS kemudian mengutip satu hadis tentang keutamaan berkurban. Disebutkan bahwa berkurban adalah amalan yang dicintai Allah pada hari raya Idul Adha. Mengutip NU Online, berikut redaksi hadisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: