Iklan dempo dalam berita

8 Bangunan Bersejarah di Sulawesi Selatan, Cocok Dijadikan Destinasi Wisata!

8 Bangunan Bersejarah di Sulawesi Selatan, Cocok Dijadikan Destinasi Wisata!

Bangunan Bersejarah di Sulawesi Selatan--

Meskipun telah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan, gereja ini masih mempertahankan sebagian besar bentuk aslinya. Gaya arsitektur klasiknya dengan ciri khas gotik memberikan daya tarik tersendiri bagi pengunjung yang tertarik dengan sejarah kolonial Belanda di Indonesia.

Bangunan ini terletak secara strategis di sisi barat Lapangan Karebosi, membuatnya mudah diakses oleh masyarakat setempat maupun wisatawan yang ingin mengagumi keindahan arsitektur dan merasakan atmosfer religius yang tenang.

Jendela melengkung, pintu, dan atap yang khas dengan corak gotiknya menjadi ciri utama yang membuat gereja ini istimewa.

BACA JUGA:Logo HUT RI Ke-79 Resmi Diluncurkan, Ini Tema yang Dipilih, Lengkap dengan Link Download

2. Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Selatan

Bangunan ini pertama kali didirikan pada tahun 1935 dan menjadi tempat tinggal pertama kali bagi Gubernur Belanda Haze Winkelman hingga tahun 1942.

Berlokasi di Jalan Sungai Tangka No.31, Sawerigading, Kecamatan Ujung Pandang, rumah jabatan ini merupakan contoh arsitektur bergaya modern dengan sentuhan tropis yang kental.

Perjalanan sejarahnya juga mencatat tiga kali perbaikan besar-besaran, termasuk penambahan ruang dan fasilitas tambahan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan administratif dan operasional gubernur.

Saat ini, luas arealnya mencapai 2,90 hektar dan dimiliki oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. Kehadiran rumah jabatan ini bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai saksi bisu perjalanan sejarah dan perkembangan Kota Makassar.

BACA JUGA:Tamu Dialog RBTV, Kajati Pastikan Perkuat Sinergi dengan Media

3. Vihara Ibu Agung Bahari

Vihara Ibu Agung Bahari  yang dahulu dikenal sebagai Klenteng Thian Ho Kong/Ma Tjo Poh, merupakan situs bersejarah penting bagi komunitas Tionghoa di Makassar, Sulawesi Selatan.

Terletak di Jalan Sulawesi, Kelurahan Pattunuang, Kecamatan Wajo, vihara ini dibangun pada tahun 1738 dan mengalami beberapa kali pemugaran sejak itu. Namun, pada tahun 1997, klenteng ini mengalami perubahan dramatis akibat peristiwa pemberangusan etnis Tionghoa di Makassar.

Sebagian besar bangunan klenteng dibakar, hanya menyisakan bagian gerbang dan dinding sayap kiri. Sejak saat itu, fungsi klenteng berubah menjadi vihara dan tetap berfungsi sebagai pusat ibadah umat Buddha hingga hari ini.

Diakui sebagai peninggalan sejarah yang penting, Vihara Ibu Agung Bahari dilindungi oleh undang-undang sebagai cagar budaya, menceritakan cerita tentang ketahanan budaya komunitas Tionghoa di Sulawesi Selatan.

BACA JUGA:Profil Pasutri Selebgram Widya Laurencia dan Sadly Noor yang Terlibat Tilap Uang Arisan serta Hina Polisi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: