Iklan RBTV Dalam Berita

Ini Filosofi Malam 1 Suro dan Sejarahnya yang Ditetapkan Oleh Sultan Agung

Ini Filosofi Malam 1 Suro dan Sejarahnya yang Ditetapkan Oleh Sultan Agung

Filosofi Malam 1 Suro--

Konon Sultan memiliki niat untuk menyatukan dua kubu masyarakat Jawa yang terpecah akibat perbedaan keyakinan antara penganut Kejawen yang merupakan kepercayaan orang Jawa dengan Putihan (kepercayaan Islam).

BACA JUGA:Mengenal Weton Tulang Wangi 1 Suro Berdasarkan Perhitungan Kalender Jawa

Selain itu, mitos malam 1 Suro sebagai datangnya Aji Saka ke Pulau Jawa yang mampu melepaskan rakyat dari genggaman makhluk gaib.

Kesultanan Yogyakarta, Kasunan Surakarta dan Kasepuhan Cirebon rutin mengadakan ritual setiap tahunnya pada malam 1 Suro.

BACA JUGA:Mitos Malam 1 Suro yang Diyakini Masyarakat Jawa, Dilarang Keluar Rumah hingga Menikah

Dalam ritual itu, masyarakat akan mengelilingi keraton dalam diam, memandikan benda-benda pusaka, berendam di kali, mandi kembang hingga mengarak kerbau bule. 

Sebagian masyarakat percaya bahwa kerbau-kerbau tersebut merupakan turunan dari Kebo Bule Kiai Slamet yang dianggap keramat.

Masyarakat Jawa percaya bahwa ritual tersebut dapat membawa berkah. Di sisi lain, malam 1 Suro juga dipercaya dapat mendatangkan kesialan bagi mereka yang melanggar pantangan.

BACA JUGA:Kenapa Pusaka Harus Dimandikan saat Malam 1 Suro? Begini Penjelasannya dalam Ritual Jamasan Pusaka di Sidoarjo

Mitos 1 Suro

1. Tapa bisu atau tak boleh berbicara

Beberapa orang Jawa memilih ritual pada 1 Suro, salah satunya adalah tapa bisu atau tidak boleh berbicara sama sekali. Ritual ini biasanya dilakukan saat mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta. 

Selain tak boleh bicara, orang tersebut juga tidak boleh makan, minum serta merokok saat melakukan ritual tapa bisu.

BACA JUGA:Keyakinan Masyarakat Jawa Turun Menurun, Mengapa Tidak Boleh Menikah di Bulan Suro? Begini Penjelasannya

2. Tak boleh keluar rumah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: