Kisah Pejalan Kaki Tunanetra yang Kesulitan Berjalan di Trotoar, Apa Penyebabnya?
Tunanetra yang Kesulitan Berjalan di Trotoar--
Kondisi trotoar yang tidak ramah bagi tunanetra ini menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam tata kelola ruang publik di kota besar seperti Jakarta.
Sebagai kelompok yang paling rentan, tunanetra sangat mengandalkan jalur khusus di trotoar untuk bisa bergerak dengan aman.
BACA JUGA:9 Rekomendasi Hp RAM 8 GB, Spesifikasi dan Fitur Bisa Diadu
Jalur ini biasanya dilengkapi dengan ubin pemandu berwarna kuning yang memiliki tekstur berbeda untuk membantu mereka menentukan arah dan memastikan mereka berada di jalur yang aman.
Namun, ketika jalur ini terhalang oleh motor atau gerobak pedagang, mereka bisa kehilangan orientasi dan berisiko mengalami kecelakaan.
Dalam video yang viral tersebut, terlihat bagaimana seorang tunanetra kesulitan untuk melintas di atas trotoar yang penuh dengan motor yang terparkir sembarangan.
BACA JUGA:Bocoran Contoh Soal Tes CPNS dan PPPK Tahun 2024, Ini Rahasianya agar Lulus Tes
Bahkan, ia sempat menabrak salah satu motor yang terparkir, yang menunjukkan betapa berbahayanya kondisi ini bagi mereka. Keberadaan motor di jalur tunanetra tidak hanya melanggar hak pejalan kaki, tetapi juga berpotensi menimbulkan kecelakaan serius.
Kasus ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat umum. Pemerintah melalui dinas terkait perlu lebih proaktif dalam memastikan bahwa trotoar tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP dan tim gabungan adalah langkah awal yang baik, namun perlu disertai dengan sosialisasi dan edukasi yang lebih intensif kepada masyarakat agar mereka lebih sadar akan pentingnya menjaga fungsi trotoar.
Di sisi lain, masyarakat juga harus lebih peka terhadap hak-hak pejalan kaki, terutama kelompok difabel seperti tunanetra.
BACA JUGA:Aksi Koboi Oknum Pegawai PN, Todongkan Senjata ke Warga, Apa Penyebabnya?
Kesadaran untuk tidak memanfaatkan trotoar sebagai tempat parkir atau berjualan harus ditanamkan sejak dini. Jika semua pihak dapat bekerja sama, maka trotoar yang ramah bagi semua pengguna, termasuk tunanetra, bukanlah hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Selain penindakan dan patroli, solusi jangka panjang yang bisa dipertimbangkan adalah peningkatan desain dan infrastruktur trotoar agar lebih sulit untuk disalahgunakan.
Misalnya, dengan memperkecil jarak antar bollard atau menambahkan elemen lain yang dapat mencegah motor masuk ke trotoar. Desain trotoar yang lebih inklusif dan ramah difabel juga perlu diprioritaskan dalam setiap proyek pengembangan kota.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: