3 Penyebab Perusahaan Legendaris Tekstil Stitex Bangkrut
Perusahaan tekstil legendaris bangkrut --
Itulah sejumlah kemungkinan penyebab Sritex bangkrut yang perlu Anda ketahui. Sementara itu, sebagai informasi simak juga sejarah sritex dari awal hingga ditahap ini.
A. Sejarah Sritex
Dikutip dari laman resmi kompas.com, sejarah Sritex tak bisa dilepaskan dari Haji Muhammad Lukminto atau Ie Djie Shien.
Sritex merupakan perusahaan milik Keluarga Lukminto. Saat ini, tampuk kepemimpinan perusahaan yang berbasis di Kabupaten Sukoharjo ini dipegang oleh kakak beradik Iwan Setiawan Lukminto dan Iwan Kurniawan Lukminto yang merupakan generasi kedua.
Dikutip dari Forbes, Iwan Setiawan Lukminto yang sempat menjadi Presiden Direktur Sritex ini beberapa kali masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia.
Forbes pernah mencatat jumlah kekayaan pria yang saat ini berusia 49 tahun ini sebesar 515 juta dollar AS atau sekitar Rp 8,05 triliun (kurs Rp 15.600).
BACA JUGA:Kronologi Tabrakan Maut Kakak Mantan Kapolri Badrodin Haiti vs Tronton di Jember
Saat ini Iwan Lukminto duduk sebagai komisaris utama perusahaan sejak 2022. Posisi direktur utama kemudian beralih ke adiknya, Iwan Kurniawan Lukminto.
Sementara dilihat dari laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sritex sudah mencatatkan diri sebagai perusahaan publik sejak 17 Juni 2013 dengan kode emiten SRIL.
Perusahaan ini bergerak di industri tekstil dan produk tekstil terpadu. Saat ini Sritex tercatat sebagai perusahaan tekstil terbesar di Indonesia yang terintegrasi dari hulu sampai hilir, bahkan disebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.
Sebanyak 59 persen sahamnya atau pengendali saham dikuasai PT Huddleston Indonesia yang terafiliasi dengan Keluarga Lukminto. Sementara kepemilikan publik tercatat sebesar 40 persen.
BACA JUGA:Tak Terima Diklakson Karena Melawan Arus Lalin, Emak-emak di Lubuklinggau Aniaya Siswi SMP
B. Berawal dari kios kecil
Sritex awalnya bermula dari usaha kios kecil bernama UD Sri Rejeki di Pasar Klewer, Kota Solo yang didirikan oleh Almarhum Haji Muhammad Lukminto pada 1966.
Usahanya Muhammad Lukminto terus berkembang hingga bisa mendirikan pabrik tekstil. Saking besarnya skala bisnisnya, Sritex menjadi perusahaan yang banyak menopang ekonomi Kabupaten Sukoharjo. Dari tahun ke tahun, perusahaan semakin berkembang pesat.
BACA JUGA:5 Orang Ini Tuai Kontroversi Pasca Dilantik, Waketum Gerindra Sebut Presiden Akan Ambil Langkah Ini
C. Fasilitas produksinya terus bertambah
Pabriknya yang berada di Jalan Samanhudi Kabupaten Sukoharjo bahkan terbilang sangat luas. Produksi pabriknya mencakup hulu dan hilir industri tekstil antara lain rayon, katun, dan poliester, kain mentah, bahan jadi, hingga pakaian jadi.
Di Jakarta, Sritex juga memiliki kantor yang cukup besar yakni berada di Jalan Wahid Hasyim Nomor 147, Jakarta Pusat.
Empat lini bisnis utama perusahaan sejak 2018 adalah pemintalan dengan kapasitas produksi 1,1 juta bal benang per tahun, penenunan dengan produksi 180 ribu meter per tahun.
Kemudian lini bisnis pencelupan dan pencetakan dengan kapasitas produksi 240 juta yard per tahun, serta garman sebanyak 28 juta pieces pakaian jadi per tahun.
BACA JUGA:Takut Terjaring Razia, Pengendara Motor Bonceng Anak dan Istri Nyaris Tabrak Polisi yang Bertugas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: