Rencana pembangunan Masjid Istiqlal juga datang dari keinginan para pemuka agama agar umat Islam memiliki pusat tempat ibadah di ibu kota.
Sekitar tahun 1944, beberapa ulama dan tokoh-tokoh Islam berkumpul di kediaman Sukarno di Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi) untuk meminta izin mendirikan Masjid Agung di Jakarta.
Usulan itu disambut baik oleh Sukarno tapi masih sangat sulit dilaksanakan mengingat Jepang masih berkuasa di Indonesia. Pada awal 1950-an, keinginan itu timbul kembali.
Atas prakarsa Menteri Agama Wahid Hasyim dan Anwar Tjokroaminoto dari Sarekat Islam, lebih dari 200 orang tokoh-tokoh Islam berkumpul di Gedung Pertemuan Umum Deca Park, Medan Merdeka Utara. Pada 1954, mereka berhasil membentuk suatu susunan pengurus Yayasan Masjid Istiqlal dengan Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua pertama.
BACA JUGA:Dikira Perawatan ke Salon, Ternyata Kuku Sehat dan Berkilau Cuma Pakai Bahan Alami Ini
Kemudian, pada tahun 1955, Presiden Soekarno mengadakan sayembara untuk mencari desain masjid ini. Dari 30 peserta, disaringlah hingga menjadi lima finalis.
Akhirnya pada Juli 1955, dewan juri menetapkan Friedrich Silaban sebagai pemenang yang berhak menggunakan desainnya untuk jadi desain Masjid Istiqlal.
“Uniknya, Friedrich ini adalah seorang Kristen Protestan. Tapi dia berhasil menang dengan tema desainnya yang bertemakan Ketuhanan.
Dalam pembangunannya, Friedrich memasukkan banyak simbol-simbol berkaitan dengan Islam dan Indonesia ke dalam desainnya. Salah satunya adalah luas kubah masjid. Kubah Masjid Istiqlal memiliki diameter sekitar 45 meter.
Adapun angka 45 ini melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia. Dalam kubah tersebut juga terdapat ukiran ayat kursi yang melingkari kubah. “Masjid ini juga ditopang sama 12 tiang. Angka 12 ini melambangkan hari kelahiran Nabi Muhammad yang jatuh di tanggal 12 Rabiul Awwal.
Selain itu, Masjid Istiqlal juga memiliki empat lantai balkon dan satu lantai dasar. Kelima lantai ini melambangkan 5 Rukun Islam, jumlah salat wajib dalam sehari, serta jumlah sila dalam Pancasila.
Lalu di bagian luar masjid, terdapat menara yang memiliki tinggi 6.666 sentimeter. Angka ini melambangkan keseluruhan jumlah ayat dalam Al Quran.
Masjid Istiqlal hanya memiliki satu menara. Konon menara ini memang hanya ada satu untuk melambangkan tanda keesaan Allah. Di Masjid Istiqlal ini juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari pohon kayu meranti.
Bedug raksasa ini berusia sekitar 300 tahun. Ada yang unik di bedug tersebut. Di bagian sisi dari bedug tersebut, terdapat ukiran kaligrafi berbahasa Arab gundul.
Namun jika diperhatikan lagi, kaligrafi tersebut menyerupai sosok Semar dalam dunia perwayangan Jawa. Lalu, paviliun kompleks Keraton Yogyakarta dibangun menurut kepercayaan kuno dan masing-masing fitur kompleks seperti halaman hingga pohon memiliki arti simbolis khusus berkaitan dengan filsafat Jawa yang luhur.
3. Masjid Agung Palembang