Adik-adik Kartini tidak lagi harus menyembah dirinya dan tidak wajib berbicara dengan bahasa Jawa krama inggil. Perubahan yang dilakukan oleh Kartini merupakan bentuk perombakan terhadap tradisi yang sudah mengakar kuat dalam kalangan bangsawan.
BACA JUGA:Hari Kartini, Berikut Biografi R.A Kartini, Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Gender
Meski demikian, Kartini tetap memberikan hormat kepada orang yang lebih tua sebagaimana lazimnya adat dalam kalangan bangsawan.
Pengaruh Kartini tertanam kuat pada Roekmini dan Kardinah. Mereka bertekad untuk mendukung gagasan kakaknya. Tiga saudara sepakat bahwa kemajuan suatu masyarakat tidak akan tercapai tanpa memajukan terlebih dahulu kaum perempuan.
Kartini, Roekmini dan Kardinah memanfaatkan kelonggaran yang diberikan untuk mengembangkan potensi diri.
Kondisi tersebut dicermati dengan baik oleh Sosroningrat sehingga memutuskan membebaskan anak-anak perempuannya dari tradisi pingitan. Pada 2 Mei 1898 kurungan tiga saudara dibuka.
Mereka pun mulai turun ke desa-desa melakukan dialog dengan masyarakat tentang masalah yang dihadapi. Salah satunya adalah masalah para pengrajin ukir di Kampung Belakanggunung yang dihargai tidak setimpal dengan jerih payah mereka.
BACA JUGA:Info Terbaru Cara Pinjam Uang Online BRI, Dana Rp 10 Juta Lebih Mudah Cair Bisa Tanpa Jaminan
Kartini yang gemar membaca buku juga berbakat dalam menulis. Bahkan, cita-citanya adalah menjadi guru. Meski begitu, Kartini merasa sulit melanjutkan pendidikan ke Belanda karena membutuhkan biaya yang besar, sedangkan gaji ayahnya tidak cukup.
Berbagai upaya pernah dilakukan Kartini seperti mencari beasiswa ke Belanda. Namun hal itu kandas karena tidak diizinkan oleh orang tuanya.
September 1901, pemerintah Belanda mengumumkan politik kolonial baru. Ratu Wilhelmina memproklamasikan berlakunya politik etis yang mengharuskan pemerintah menyejahterakan masyarakat jajahan di Hindia Belanda.
Gagasan dan cita-cita Kartini mulai menjadi perhatian pemerintah Hindia Belanda. Pendapat Kartini menjadi rujukan kebijakan pemerintah yang terkait dengan pendidikan dan perempuan.
BACA JUGA:Insentif Kartu Prakerja Cair Berapa Kali? Begini Cara Mencairkan Dana PraKerja 2024
Pada 8 Agustus 1900 Kabupaten Jepara dikunjungi tamu istimewa J.H. Abendanon yang menjabat sebagai Direktur Departemen Pendidikan, Kerajinan, dan Agama. Tujuan kedatangannya adalah untuk menjelaskan rencana pendirian kostschool untuk gadis-gadis bangsawan.
Kartini mendukung rencana tersebut karena akan menambah pengetahuan kaum perempuan, sehingga mereka akan menyadari hak-haknya yang selama ini terampas.
Kartini memberi masukan kepada J.H. Abendanon agar pemerintah juga membuka pendidikan kejuruan, sehingga perempuan memiliki keterampilan yang menjadikannya lebih mandiri. Sebab selama ini kedudukan perempuan sangat lemah dan bergantung pada laki-laki.