Iklan RBTV Dalam Berita

Kisah Presiden, Jokowi Dilempar Sandal, Soeharto Dapat Tomat dan Telur Busuk, Sukarno Digranat

Kisah Presiden, Jokowi Dilempar Sandal, Soeharto Dapat Tomat dan Telur Busuk, Sukarno Digranat

Seorang perempuan membuat kehebohan dengan melemparkan sandal ke Presiden Jokowi--

BACA JUGA:Belum Dapat Bansos? Ini Cara Daftar Bansos 2023 Secara Mandiri

Tapi, di Australia lah Soeharto disambut demonstran dengan lemparan tomat dan telur busuk yang mengenai dahinya. Waktu pulang ke Jakarta, Yoga Soegama langsung didamprat Soedjono. “Yoga, mangkane ojo nyepeleake intel spiritualku (Yoga, maka dari itu jangan menyepelekan intel spiritualku).”

 

Mantan Presiden Sukarno Digranat

 

Pada 30 November 1957 malam, Presiden Sukarno mengunjungi Perguruan Cikini di Jalan Cikini Nomor 76, Jakarta Pusat, dalam rangka menghadiri perayaan ulang tahun ke-15 sekolah itu. 

Kunjungan Presiden untuk memenuhi undangan Johan Sirie, Direktur Percetakan Gunung Sari, dan Sumadji Muhammad Sulaimani, Kepala Perguruan Cikini, sebagai panitia penyelenggara.

BACA JUGA:Uang Rp1 Juta untuk Siswa dari Kemendikbud Sudah Cair ke Rekening Bank, Cek di Sini

Putra-putri Sukarno, Muhammad Guntur Sukarnoputra dan Megawati Sukarnoputri, juga belajar di sekolah tersebut. 

Namun tak ada yang mengira jika perayaan yang meriah penuh keriangan wajah anak-anak malam itu berubah menjadi hujan tangis tak terperi. Komplotan teroris, begitu versi Sukarno, yang tidak puas dengan kondisi politik saat itu hendak membunuh Presiden Sukarno di depan Perguruan Cikini.

Tanpa berpikir panjang, para pelaku menarik pemicu granat dan melemparkannya ke arah Presiden yang masih berada di tengah kerumunan anak-anak sekolah. 

Zulkifli Lubis, yang saat itu mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat periode 1952-1956 dan mantan Kepala Intelijen Negara yang kedudukannya di bawah koordinator Presiden Sukarno, dituding menjadi dalang di balik aksi penggeranatan.

BACA JUGA:Perbandingan Antara Pinjaman Online dan Kartu Kredit, Apa Pilihan Terbaik?

Para penggeranat, yakni Jusuf Ismail, Sa'adon Muhamad, Raasrif Husain--ketika itu masing-masing berusia 20, 18, dan 23 tahun, dihukum mati. Ketiganya, selain menjadi anggota organisasi ilegal, yakni Gerakan Anti Komunis (GAK), juga secara formal anggota Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Belakangan terungkap tujuan GAK dalam serangan itu bukan untuk membunuh Sukarno, melainkan hanya memperingatkan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: