Iklan RBTV Dalam Berita

Hari Kartini, Berikut Biografi R.A Kartini, Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Gender

Hari Kartini, Berikut Biografi R.A Kartini, Pahlawan yang Memperjuangkan Kesetaraan Gender

Biografi lengkap R.A Kartini, selamat hari Kartini--

- Ibu: M.A. Ngasirah, bukan berasal dari keturunan bangsawan melainkan hanya rakyat biasa, anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Jepara.

Berikut ini adalah biografi lengkap dan singkat tentang perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh R.A. Kartini:

Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal sebagai R.A. Kartini, memperoleh akses pendidikan yang relatif lebih baik karena mewarisi darah bangsawan dari ayahnya. 

BACA JUGA:Pinjaman BCA Online Via BCA Mobile Terbaru, Cairkan Rp 15 Juta Tanpa Jaminan

Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang bangsawan yang menjabat sebagai Bupati Jepara, memastikan Kartini mendapatkan pendidikan formal. Dia disekolahkan di ELS (Europese Lagere School) hingga usia 12 tahun, di mana ia belajar berbagai mata pelajaran, termasuk bahasa Belanda.

Namun pada masa itu, terdapat kebiasaan turun-temurun di masyarakat Jawa yang mengharuskan anak perempuan yang telah berusia 12 tahun untuk tinggal di rumah dan menjalani tradisi "pingit". 

Dalam keadaan dipingit, keinginan belajar R.A Kartini tak serta-merta surut. Kemampuan bahasa Belanda yang dimilikinya digunakan untuk membaca buku bahkan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda, salah satu yang kerap dijadikan kawan bercerita adalah Rosa Abendanon. 

BACA JUGA:Pinjaman Bank Tenor 10 Tahun dan Bunga Rendah, Penuhi Syarat Pengajuannya agar Uang Cair

Dari komunikasinya dengan Abendanon, timbullah ketertarikan untuk berpikir maju seperti perempuan Eropa. Dia hendak memajukan perempuan pribumi yang kala itu banyak dibatasi oleh adat istiadat kuno. Pengetahuan Kartini terkait ilmu pengetahuan dan kebudayaan juga cukup luas.

Pada 12 November 1903, Kartini dinikahkan dengan Bupati Rembang bernama KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri.

Setelah menikah, sang suami mendukung penuh mimpi-mimpi Kartini, salah satunya untuk membangun sebuah sekolah khusus wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang.

BACA JUGA:Jangan Lakukan! Ini Tiga Posisi Berhubungan Suami Istri yang Dilarang Islam dan Kesehatan

Pada 13 September 1904, Kartini melahirkan seorang putra bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Hanya berselang empat hari melahirkan, Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904.

RA Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Usai kematiannya, surat-surat Kartini dikumpulkan dan diterbitkan dalam sebuah buku berjudul 'Door Duisternis tot Licht' atau Habis Gelap Terbitlah Terang oleh salah satu temanya di Belanda, Mr JH Abendanon, yang saat itu menjabat Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: