Selama bertahun-tahun setelahnya, Kartika–putri dari Yo Kim Tjan, menyimpan piringan hitam versi keroncong lagu tersebut. “Itu piringan hitam selalu saya bawa kemana pun, papi saya (Yo Kim Tjan) bilang ini mesti diselamatin, buat nanti Indonesia,” ungkap Kartika dalam rekaman video saat wawancara dengan Udaya Halim 2014 silam.
Kartika mengembuskan napas terakhirnya pada 5 Nopember 2014. Piringan hitam berisi lagu Indonesia Raya versi keroncong kini disimpan di Museum Sumpah Pemuda.
Proses panjang hingga akhirnya melahirkan apa yang dikenal dengan “Sumpah Pemuda” kini, bukan jalan yang lempang. Para pemuda yang kemudian merumuskan ikrar; bertanah air satu, berbahasa satu, dan berbangsa satu, Indonesia, berasal dari beragam kelompok dan latar. Tak terkecuali, kelompok Tionghoa.
Kongres Pemuda II pun tak begitu saja muncul. Pertemuan ini didahului dengan Kongres Pemuda I yang digelar pada 30 April-2 Mei 1926 atau dua tahun berjarak.
BACA JUGA:Bagi Orang Tionghoa, 5 Tanggal Lahir Ini Pembawa Rezeki dan Hidup Dipenuhi Kebahagiaan
Sumpah Pemuda disebut jadi tonggak pergerakan kemerdekaan Indonesia. Semangat kebangsaan ini salah satu yang mendasari perjuangan para pemuda untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Ikrar yang dibacakan pada 28 Oktober 1928 itu, 17 tahun kemudian, melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Tim liputan