Ini Alasan Banyak Nyawa Melayang di Gunung Everest, Apakah hanya Karena Faktor Cuaca?

Selasa 29-08-2023,10:51 WIB
Reporter : Tim liputan
Editor : Purnama Sakti

Semakin ke sini, jasad Green Boots menjadi penanda ketinggian, membantu pendaki mengetahui seberapa jauh mereka ke zona kematian dan seberapa jauh mereka harus mendaki. 

 

Pada 2014, seseorang memindahkan Green Boots. Ini masih merupakan misteri tentang siapa dan mengapa ia melakukannya. Jika memang benar Green Boots adalah Tsewang Paljor, ia diyakini meninggal karena summit fever.

 

Menurut Epoch Times, Paljor bersikeras pergi ke puncak meskipun diperingatkan oleh wakil ketua timnya, karena sudah diprediksikan kalau cuaca buruk. Paljor dan rekannya memang berhasil sampai ke puncak, tetapi badai salju melanda mereka ketika sedang menuruni puncak, dan akhirnya mereka tidak pernah kembali ke perkemahan.

 

11. David Sharp, pendaki yang meninggal karena membeku, namun 40 pendaki lainnya tidak ada yang membantu

Kematian paling kontroversial di Gunung Everest adalah pendaki gunung asal Inggris David Sharp, mendaki dalam kondisi fisik yang baik namun dikalahkan oleh cuaca dingin. 

 

Membeku sampai akhirnya mati di gua yang sama dengan Green Boots, tetapi kematiannya kontroversial karena ada sebanyak 40 pendaki berbeda yang lewat, sama sekali tidak berhenti untuk membantu.

BACA JUGA:Pinjol 24 Jam Cair Tanpa Verifikasi BI Checking, Ini15 Rekomendasi Terbaik, Bisa Ajukan Rp 500 Juta

 

Masyarakat geram atas kematian Sharp yang pilu itu. Menurut Eight Summits, pendaki yang lumpuh di zona kematian memang sudah tidak bisa diselamatkan, dan Sharp sudah hampir mati karena radang dingin yang parah. Sharp mendaki seorang diri ke gunung Everest, dengan oksigen yang tidak mencukupi, tanpa seorang Sherpa, dan tanpa radio.

 

Salah satu pendaki yang menerima pukulan terberat adalah Mark Inglis yang harus diamputasi karena menderita radang dingin parah dan harus dibawa turun gunung oleh Sherpa-nya.

 

Kategori :