Ini Alasan Banyak Nyawa Melayang di Gunung Everest, Apakah hanya Karena Faktor Cuaca?

Selasa 29-08-2023,10:51 WIB
Reporter : Tim liputan
Editor : Purnama Sakti

 

4. Peluang yang mematikan

Banyak orang yang membayangkan bahwa waktu terbaik untuk mendaki Everest adalah saat musim panas, karena tidak perlu khawatir tentang badai salju dan suhu beku. 

BACA JUGA:Resmi OJK dan Tanpa Debt Collector Lapangan, Ini 26 Rekomendasi Pinjol Terbaik 2023

 

Di base camp, maksimal suhu di siang hari sekitar 59 derajat Fahrenheit, dan pada malam hari suhu menjadi sangat dingin dan beku.

 

Temperaturnya turun sekitar 2,7 derajat Fahrenheit untuk setiap ketinggian 490 kaki, dan puncaknya 11.429 kaki di atas base camp. (Di flipside, beberapa bagian Everest bisa menjadi panas di bulan Mei, hingga 90 derajat Fahrenheit, terutama bentangan luas bersalju yang memantulkan matahari.)

 

Jadi, bahkan dalam kondisi "ideal" sekalipun, cuaca tetap akan buruk. Dalam beberapa tahun terakhir ada fenomena kematian yang disebut "blue sky", seperti yang dilaporkan NPR. 

 

Mengapa? Itu karena banyak orang yang ingin mendaki Everest ketika langit berwarna biru, dan namun berakhir dengan kekurangan oksigen.

 

Pada 22 Mei 2019, ada 200 lebih pendaki dalam sehari yang ingin mencapai puncak gunung Everest, dan ini menjadi rekor terbanyak. 

 

5. Saat mencapai ketinggian 25.000 kaki, seseorang bisa berpotensi meninggal dunia

Kategori :