Cerita Putri Nai Manggale dan Kisah Dalihan Na Tolu dalam Budaya Batak
Cerita putri nai manggale dari sumatera utara--
Raja Panggana dan Baoa Partigatiga pun berpikir untuk menyetujui apa yang dikatakan Datu Partawar. Dengan mata berkaca–kaca, Nai Manggale pun berkata “Saya sangat gembira hari ini karena kalian bertiga telah menanyakan apa yang menjadi pendirian dan keinginan saya. Saya sangat menyayangi dan menghormati kalian bertiga tanpa terkecuali”
BACA JUGA:Begini Ciri Manusia Kelompok Pertama yang Masuk Surga
Akhirnya Datu Partawar pun menimpali : “Demi kepentingan Nai Manggale, kita akan menetapkan tiga keputusan”
Keputusannya:
1. Karena Raja Panggana adalah orang yang pertama memahat pohon menjadi patung, makai a menjadi Ayah dari Puteri Nai Manggale. Disebut sebagai SUHUT.
2. Karena Baoa Partigatiga adalah orang yang memberi pakaian dan perhiasan kepada patung, maka ia menjadi Amangboru Puteri atau disebut BORU.
3. Karena saya, Datu Partawar adalah yang memberikan nyawa dan berkat kepada patung hingga menjadi manusia, maka saya akan menjadi Tulang dari Puteri Nai Manggale atau yang disebut HULA–HULA.
Mereka bertiga pun setuju dengan perjanjian tersebut. Legenda Nai Manggale ini pun dipercaya sebagai asal muasal Dalihan Na Tolu dalam budaya kekerabatan batak.
Apa itu Dalihan Na Tolu?
Jadi Dalihan Na Tolu merupakan seni bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah agar mendapatkan keputusan yang tepat untuk kebaikan bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: