5 Fakta Unik Tradisi Pernikahan 'Bajapuik' di Sumatera Barat, Terinspirasi dari Kisah Rasulullah SAW

Sabtu 02-12-2023,05:07 WIB
Reporter : Tim

NASIONAL, RBTVCAMKOHA.COM - Dalam pernikahan adat Minangkabau, terdapat beberapa tata cara dan prosesi yang harus dilakukan, seperti maresek, maminang, mahanta siri, babako-babaki, malam bainai, dan manjapuik marapulai. 

Selain itu, terdapat juga gotong-royong atau julo-julo (arisan) yang dilakukan oleh masyarakat sekitar saat sebuah keluarga menggelar pernikahan.

Salah satu tradisi pernikahan adat di Minangkabau adalah budaya Bajapuik. 

BACA JUGA:5 Tradisi Pernikahan Unik Ini Cuma Ada di Indonesia, Salah Satunya Wanita Melamar Pria

Bajapuik adalah tradisi pernikahan adat Minang yang hanya ada di daerah Padang Pariaman, Sumatera Barat. 

Tradisi ini diyakini berasal dari kedatangan Islam ke Nusantara, di mana sumber adat Minangkabau adalah Alquran. Dalam adat Minangkabau, adaik basandi syarak, syarak basandi kitabulloh, yang berarti semua adat Minang berasal dari ajaran Islam. Pariaman sendiri dulunya adalah daerah pertama di Sumatera Barat yang menerima kehadiran ajaran agama Islam.

BACA JUGA:Pernikahan di Peti Mati, 10 Tradisi Pernikahan di Berbagai Negara Ini Agak Mengerikan

Nah, untuk dapat menilik tradisi tersebut lebih dalam melalui rangkuman 5 fakta unik tradisi Bajapuik berikut.

1. Terinspirasi Kisah Rasulullah SAW dan Siti Khadijah

Kabarnya, tradisi bajapuik bermula saat Pariaman menjadi daerah pertama di Sumatera Barat yang menerima kehadiran ajaran agama Islam. Maka tak heran bila adat Minangkabau banyak bersumber dari kitab Al-Qur’an. Pepatah Minang bertutur, adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah yang berarti seluruh adat Minang bersendikan syariat Islam.

Jadi, tradisi masyarakat Pariaman ini terinspirasi dari kisah pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Khadijah. Saat itu, Khadijah memberikan sejumlah hartanya kepada Rasulullah untuk menghormati dan mengangkat derajat beliau.

BACA JUGA:9 Tradisi Pernikahan Unik di Berbagai Negara, Ada yang Wajib Membawa Gigi Ikan Paus ke Ayah Mertua

2. Tradisi ‘Menjemput’ Lelaki, Bukan ‘Membeli’ Lelaki

Sebagaimana diketahui, masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, yakni alur garis keturunan berasal dari pihak ibu, memuliakan ibu dan wanita sebagai sumber kehidupan. Anak perempuan akan menerima seluruh harta warisan, baik tanah, rumah gadang, dan lainnya. Sementara anak lelaki tidak mempunyai hak atas harta warisan.

Bahkan, seorang lelaki yang telah menikah akan menjalani peran sebagai urang sumando. Urang sumando berarti sang suami akan bermukim secara menumpang seperti tamu di rumah istrinya. Meski dalam adat Minang posisi ini bak abu di ateh tunggua atau posisinya lemah, tetapi keluarga istri dan sang istri tetap sangat menghormatinya.

Kategori :