Seperti Ini Keunggulan Pertamax Green 92, BBM Hijau Pertamina yang Sudah Dijual di Jakarta dan Surabaya
Keunggulan pertamax green 92--
Bioavtur itu terlahir setelah melalui perjalanan panjang yang diinisiasi sejak 2010 melalui Research dan Technology Innovation Pertamina, dengan melakukan riset pengembangan produk dan katalis.
Pada tahun 2021 lalu, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi Co-Processing dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau, dengan kapasitas 1.350 kilo liter (KL) per hari.
Produk SAF tersebut kemudian melalui serangkaian uji coba pada mesin dan unit pesawat. Rangkaian pengujian dimulai dari cell test di fasilitas milik Garuda Maintenance Facility (GMF), ground run, flight test pada pesawat militer CN-235 milik PT Dirgantara Indonesia, hingga uji terbang pesawat komersil milik Garuda Indonesia pada 4 Oktober 2023 pada pesawat Boeing 737-800 NG milik PT Garuda Indonesia.
Hasil dari serangkaian pengujian yang telah dilaksanakan, menunjukkan bahwa performa SAF J2.4 memiliki kualitas yang sama dengan avtur konvensional.
BACA JUGA:Wajib Tahu, Ini 9 Tips dan Trik Penggunaan Kulkas yang Tepat Bisa Bikin Listrik Hemat
Kenapa BBM Hijau Perlu Dipacu?
Institue for Essntial Services Reform (IESR) mencatat, dekarbonisasi sektor transportasi menjadi salah satu agenda utama untuk mencapai target emisi nol bersih Indonesia pada 2060.
Pasalnya, sektor transportasi merupakan penghasil emisi GRK terbesar kedua (23%), dimana transportasi darat menyumbang 90% emisi sektor ini, dengan total emisi di sektor energi mendekati 600 MtCO2eq pada 2021.
Dalam skenario rendah karbon yang sesuai dengan target Paris Agreement (LCCP), emisi dari transportasi di Indonesia perlu diturunkan menjadi 100 MtCO2eq pada 2050. Sementara itu, dalam perhitungan IESR seluruh sektor energi, termasuk transportasi, harus mendekati nol emisi pada 2050 agar kenaikan suhu global tetap berada di bawah 1,5 °C.
Untuk mencapai hal tersebut, elektrifikasi transportasi dan pemanfaatan bahan bakar berkelanjutan perlu diprioritaskan.
Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mengatakan peluncuran BBM ramah lingkungan merupakan hal positif dan merupakan dukungan pada transisi energi di Indonesia.
Kebutuhan bahan bakar cair masih terus naik hingga 2035 karena volume kendaraan motor bakar jumlahnya masih akan terus meningkat.
Namun, kontribusi pada penurunan emisi dan polusi masih belum banyak, mengingat volume BBM hijau belum terlalu banyak. Lebih dari 80% BBM yang terjual merupakan BBM kualitas rendah.
Penjualan BBM hijau juga tergantung pada arah kebijakan Pemerintah terhadap kualitas BBM. Misalnya apakah Pemerintah akan mewajibkan BBM standar Euro 6 dalam waktu dekat dan standar memperketat gas buang kendaraan. Kebijakan seperti ini akan meningkatkan permintaan BBM bersih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: