Meski Sudah Dikeruk Ratusan Tahun Oleh Belanda, Harta Karun di Sumatera Barat Masih Sisakan Ratusan Juta Ton
Meski Sudah Dikeruk Ratusan Tahun Oleh Belanda, Harta Karun di Sumatera Barat Masih Sisakan Ratusan Juta Ton--Foto: ist
Penemuan cadangan batu bara di kota Sawahlunto telah mendorong pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api menuju kota Padang dalam mendistribusikan batu bara.
Pembangunan ini dimulai pada tahun 1889 dan selesai pada tahun 1896.
Jalur kereta api ini selain menghubungkan kota Padang dengan kota Sawahlunto, juga mencapai kota-kota lain seperti kota Solok, kota Pariaman, kota Bukittinggi, kota Padang Panjang, dan kota Payakumbuh.
Namun akibat menurunnya produksi batu bara sejak tahun 2000, kegiatan pengangkutan batu bara dengan kereta api berhenti total.
Jarak tempuh dari Kota Padang ke Kota Sawahlunto sekitar 95 km. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan bus maupun kendaraan pribadi.
Dapat pula diakses dengan kereta api yang beroperasi pada hari tertentu dari kota Padang Panjang.
Kekayaan hasil tambang di Indonesia yang dikenal dunia salah satunya batu bara.
Dalam catatan sejarah, pertama kali penambangan batu bara dilakukan secara terbuka pada abad ke 19 di Sumatera Barat.
BACA JUGA:Masyarakat Sumatera Barat Bisa Kaya Raya, Ini Lokasi dan Cadangan Harta Karun Emas di Tanah Minang
Seorang ahli geologi asal Belanda, Wilem Hendrik De Greve, memperkirakan arang dalam bawah tanah yang membatu ini tersebar di berbagai titik lokasi.
Salah satu daerah penghasil batu bara tertua di Indonesia yakni terletak di Kota Sawah Lunto, Sumatera Barat. Tambang itu bernama Tambang Ombilin.
Dilansir dari Wikipedia.org, pada tahun 1930 Tambang Ombilin memiliki hasil produksi lebih dari 620.000 ton per tahun.
Dari hasil kekayaan alam itu, kebutuhan energi Hindia Belanda dari batu bara terpenuhi hingga 90 persen.
BACA JUGA:Banyak Harta Karun Emas, Segini Cadangan dan Lokasi Emas di Halmahera Utara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: